Don't Be Panic





Halo teman-teman semua!

Kali ini, artikel yang aku tulis bertujuan untuk penyegaran lini masa teman-teman yang sering dipenuhi berita simpang siur tentang covid19. Kenapa aku lebih milih nulis di blog sekaligus bikin postingan di instagram juga? Karena aku pengen banget nih temen-temen terbiasa membaca lagi selain geser-geser slide postingan di sosmed.

Nah karena lagi rame banget pada bahas tentang covid19, aku yakin nih semuanya pasti tau apa itu covid19 dan gejala-gejalanya. Pasti semua udah tau kan kalau kita harus selalu cuci tangan dan jaga kesehatan di tengah wabah pandemic ini? Untuk itu, aku pengen ngasih tau hal yang sedikit berbeda nih. Yap! Soal kesehatan mental kita semua di masa pandemic ini.
Pasti teman-teman semua pernah ngerasa khawatir kan?
Siapa yang habis baca gejala positif covid19 langsung ngerasa kalo tenggorokannya sakit, demam tinggi, batuk pilek, dan sesak napas? Haduh! Bahaya nih. Gimana kalo positif covid19?. Selama kita dapat menjaga kesehatan dengan baik, tetep #DiRumahAja dan tetap menerapkan psysical distancing, semoga kita semua senantiasa aman dan terhindar dari pandemic ini.
Atau, kalian galau sendiri nih gara-gara bosen di rumah jadi pikiran negatifnya berkembang biak dengan baik? hehehe. Untuk itu, artikel ini selain bertujuan sebagai pemenuhan tugas kuliah kesehatan mental, juga berniat untuk sharing dengan teman-teman semua tentang seberapa penting sih menjaga kesehatan mental di tengah pandemic covid19? Bagaimana caranya?

Yuk simak!

Menurut Faris dan Dunham (1970) berpandangan bahwa interaksi kualitas sosial sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Tempat tinggal yang memberi ruang untuk meningkatkan hubungan interpersonal, begitu pula sebaliknya. Dalam berbagai studi diungkapkan bahwa peningkatan hubungangan interpersonal juga mempengaruhi tingkat kesehatan mental seseorang.
Maka dari itu, WHO mengganti istilah social distancing menjadi physical distancing. Karena semua orang masih perlu terhubung dan berinteraksi walaupun terdapat batasan interaksi fisik yang harus dipatuhi.

Lanjut yuk, kenapa kita bisa cemas di tengah kondisi krisis covid19 ini.
Kondisi krisis yang melanda masyarakat tentunta dapat berpengaruh besar pada kesehatan mental.  Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa secara umum, kondisi krisis yang terjadi di masyarakat sangat mempengaruhi kesehatan mental, khususnya peningkatan angka masyarakat yang mengalami gangguan neurosis, seperti kecemasan.

Jenis stressor psikososial lain yang dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang dijelaskan oleh Ilfeld (1977), bahwa situasi dan kondisi peran sehari-hari dapat menjadi masalah. Dalam kondisi darurat kesehatan mental seperti sekarang ini, tentunya banyak hal yang berubah seperti :
  • -          Perubahan keadaan keuangan (38)
  • -          Perubahan tugas kerja (36)
  • -          Perubahan tanggung jawab kerja (29)
  • -          Perubahan kondisi hidup (26)
  • -          Mengganti kebiasaan hidup (25)
  • -          Perubahan  kondisi atau jam kerja (23)
  • -          Perubahan aktivitas sosial (19)
Angka-angka diatas adalah skor stressor yang dapat muncul yang bisa menjadi penyebab stress ataupun kecemasan muncul pada masa pandemic ini. Lalu, hal apa saja yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka stress tersebut? Atau sebagai upaya pencegahan mental yang tidak sehat selama pandemic ini. Berikut tipsnya :

1)      Meditasi

Disebutkan dalam kitab Hilyatul Auliya bahwa :
“Kepanikan adalah separuh penyakit. Ketenangan adalah separuh obat. Dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.” – Ibnu Sina.
Dari kutipan diatas jelas bahwa berpikir tenang itu sangat diperlukan di tengah kondisi genting sekarang. Kita harus tetap menjaga mental kita agar tetap sehat dengan berupaya agar selalu tenang. Meditasi adalah salah satu contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendapat ketenangan.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kualitas ibadah selama di rumah. Dengan begitu, Insya Allah mental kita akan tetap sehat.

2)      Batasi konsumsi berita tentang covid19

Banyak berita simpang siur mengenai covid19 yang beredar di berbagai media sosial. Tentu saja hal ini dapat menjadi pemicu kepanikan kita semua. Padahal panik dapat menurunkan sistem imunitas tubuh kita, lho! Bahaya kan?
Untuk itu, kita juga harus cerdas dalam memfilter berita untuk dikonsumsi. Pilih media yang menginformasikan sumber berita dengan jelas ya! Hindari berita hoax yang tidak jelas sumbernya.

3)      Cari kegiatan produktif selama di rumah

Sudah hampir satu bulan lamanya kita semua diminta untuk tetap #DiRumahAja. Sangat tidak mungkin dalam jangka waktu tersebut kita tidak bosan dengan aktivitas sehari-hari yang berulang setiap harinya. Perlu banget nih kita upgrade kegiatan baru yang tentunya bersifat positif. Biar setiap harinya enggak Cuma goleran di kasur, hehehe.
Kamu bisa belajar yoga, biar fokus dan mindfulness. Kamu juga bisa berkebun, membaca buku yang belum terselesaikan, merapikan folder di laptop kamu, melakukan self-care sembari memberi ruang untuk diri kamu agar bergerak bebas dengan tenang. Atau kamu bisa belajar memasak biar menu setiap hari bisa gonta-ganti. Kamu juga bisa megasah skill kamu dengan panduan video di youtube.
Jadikan kesempatan #DiRumahAja untuk mengeksplorasi diri kamu! Dan tentunya agar dapat makin memahami diri sendiri dan juga lingkungan sekitar.

4)      Jaga kesehatan

Pola hidup sehat harus banget diterapkan nih!
Sejak masa pandemic ini, kita jadi sering banget cuci tangan kan? Jangan lupajuga buat jaga pola makan dan istirahat secukupnya. Eits! Jangan lupa juga buat upgrade kesehatan mental kita dengan banyak cara. Kita bisa beribadah dengan lebih khusyu’ selama di rumah, belajar regulasi emosi, yoga, meditas, dan lain sebagainya.


Tetap jaga kesehatan dan berpikir positif ya!
Semoga bumi lekas membaik,
Begitu juga kita semua.




Sumber :

Latipun, N. M. (2007). Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Diagnosa Gangguan Jiwa

Gangguan Fungsi Ingatan

Dekompensasi Psikotik dan Psikosis Organik